Sabtu, 26 Maret 2011

Cara Mengatasi Luka Bakar

Tidak semua penderita luka bakar perlu dirujuk ke rumah sakit. Namun, jika luka bakar terjadi akibat terpapar cairan kimia atau tersengat aliran listrik, mencederai saluran napas, terjadi pada bayi berusia kurang dari 12 bulan, segeralah bawa penderita ke rumah sakit terdekat. ”Demikian pula jika korban mengalami luka bakar di wajah, mata, telapak tangan, kaki, dan genitalia,” ungkap dr Herry Mardani SpAn. Segera setelah kejadian, korban luka bakar perlu mendapatkan pertolongan. Prinsipnya, ia harus dibantu untuk menyingkirkan semua pakaiannya yang panas atau terbakar. Lantas, daerah yang terkena luka bakar mesti didinginkan air-mengalir.jpgdengan menggunakan air mengalir selama 20 menit. ”Langkah pendinginan ini efektif sampai dengan tiga jam pasca kejadian,” kata Herry, yang bertugas di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.

Pendinginan juga dapat dilakukan dengan pengompresan. Jangan menggunakan es karena dapat mengakibatkan vasokonstriksi alias mengerutnya pembuluh darah. ”Bila luka bakar diakibatkan oleh bubuk, singkirkan dulu, baru disiram air mengalir.” Pembersihan luka pun perlu dilakukan dengan obat anestesi untuk mengurangi rasa nyeri. Di samping itu, pembersihan luka dengan membuang jaringan yang sudah mati tak boleh dilewatkan. ”Di rumah sakit, dokter juga akan memberikan antitetanus dan krim silver sulvadiazin.”

Bagian tubuh yang terluka bakar selanjutnya harus ditutup dengan kassa. Namun, ini dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. ”Jangan berikan mentega, minyak, oli, pasta gigi, atau sejenisnya karena dapat menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi,” Herry mengingatkan. Beberapa sediaan untuk perawatan luka bakar tersedia di pasaran.

Idealnya, sediaan tersebut adalah bahan yang memiliki kemampuan absorbsi (penyerapan) cairan yang tinggi hingga tidak terjadi lecet tambahan akibat penggantian pembalut luka yang terlalu sering. ”Perlu juga bahan yang tidak melekat ke permukaan luka, mudah dilepaskan, dan tidak sering diganti,” imbuh dr Poengki Dwi Poerwantoro SpBP.

Untuk merawat luka bakar, sediaan perak (silver) berbentuk krim atau lembaran perak berbagai ukuran juga mudah didapat. Ia memiliki antiseptik yang dapat menembus kulit mati akibat luka bakar dan mampu melunakkan jaringan kulit mati hingga mudah mengangkatnya. ”Tetapi, ini cuma bagus untuk perawatan di hari-hari pertama,” kata Poengki.

Sediaan lainnya, seperti kassa tulle yang mencegah permukaan luka menempel langsung dengan balutan penyerap juga bisa dipakai. Biasanya kassa tulle ini ditambahkan antibiotik atau antiseptik. ”Sayangnya, keberadaan antibiotik atau antiseptik pada kassa tulle belakangan ini justru menghambat proses penyembuhan luka terbuka.”

Feracrylum 1 persen (sebagai cairan pencuci, pelembab dan antiseptik) serta cairan higroskopis kuat boleh dipakai sebagai pengganti sediaan yodium seperti Septadine atau Betadine. Pemakaian Feracrylum 1 persen akan menghindari korban terpapar yodium yang menjadi penghambat penyembuhan luka. ”Sediaan lain yang masih terbilang aman, asam hyaluronic yakni tulle tanpa antibiotik yang membantu penyembuhan luka,” ungkap Poengki.

Bagaimana dengan Bioplacenton? Belum lama ini, kata Poengki, terungkap pemakaian Bioplacenton berpotensi menimbulkan selaput pada luka. ”Sebagai gantinya, ada Biokeramik yang dapat merangsang penyembuhan luka terbuka.”

Sumber : http://www.dechacare.com/Cara-Tepat-Tangani-Luka-Bakar-I223.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar